Jumat, 04 Maret 2016

Potensi Kampung Lawas Ketandan - Surabaya

Potensi atau hal-hal yang patut digali dari masyarakat di Kampung Ketandan ini dapat kita bagi dalam beberapa bagian yaitu :
1. Potensi Seni Budaya
2. Potensi Pariwisata
3. Potensi Ekonomi Kreatif
4. Potensi Sosial Masyarakat
     Ad. 1. Potensi Seni Budaya :
                Potensi Seni Budaya yaitu hal-hal yang ada dalam masyarakat Ketandan yang dapat digali dan di
                tumbuhkembangkan dan merupakan milik masyarakat yang keberadaanya dikarenakan adanya
                interaksi antar warga yang ada di wilayah ini,sehingga tumbuh sebagai Budaya dan seni yang ada,
                misalnya ;
a. Seni Tari :
Seni tari dalam masyarakat Ketandan tak ubahnya seperti kampung-kampung yang lain, dimana beberapa masyarakatnya dikarenakan bakat atau karena belajar seni tari, sehingga keberadaan seni tari ini hanya terbatas pada dimiliki oleh pribadi dan belum digali dan dikembangkan sehingga menjadi sesuatu yang patut dimiliki oleh kampung Ketandan.
b. Seni Hadrah :


                 c. Seni Permainan Tradisional :


                  d. Lain-lain :


Ad. 2.Potensi Pariwisata 
     Potensi Pariwisata disini kita lebih menekankan pada aspek keberadaan tempat-tempat yang patut kita tampilkan untuk mendukung adanya ikon KETANDAN KAMPUNG LAWAS. Sehingga dalam catatan dibawah ini kita akan menampilkan beberapa tempat atau beberapa sajian yang kita miliki dan kami anggap hal tersebut patut di ketengahkan dalam rangka menarik para pengunjung / tamu yang nantinya jika mereka mangunjungi kampung Katandan ini akan tertarik untuk mengetahui lebih dalam hal-hal yang kita tampilkan atau tunjukkan kepada masyarakat diluar.
    Seperti kebanyakan kampung-kampung lain di kota surabaya, tentu setiap kampung atau wilayah memiliki hal-hal yang berhubungan dengan masa lalu atau sejarah kampung atau wilayah itu sendiri, seperti bangunan bangunan atau benda-benda yang ada yang secara langsung atau tidak adalah memiliki kaitan dengan kampung itu tersebut.Bahkan keberadaan bangunan-bangunan lama itu bisa dikatakan satu kesatua yang tak  terpisahkan dari sejarah dan asal usul kampung itu. 
    Seperti Bangunan lama yang akan kami berikut dibawah ini yang menurut hemat kami adalah sesuatu yang meberikan warna pada kampung Ketandan.

     A. Rumah RAM PUNJABI 
    Rumah ini adalah rumah yang lokasinya berada di Jl. Ketandan lama Gg. II no. 2, merupakan rumah yang paling awal kita jumpai kalau kita hendak masuk lebih dalam ke kampung Ketandan.Rumah ini sebenarnya bentuknya seperti kebanyakan rumah yang ada, namun keberadaan rumah ini menjadi saksi hidup dari sebuah keluarga keturunan India, yang pada sekitar tahun-tahun.......di tempati oleh satu keluarga dimana dari salah satu anaknya ini kelak akan menjadi tokoh yang populer di kalangan per film an Indonesia, khususnya Film Sinetron yang pada tahun 2000 an menjadi primadona dunia pertelevisian di negeri ini namanya adalah RAM PUNJABI.Ya, Ram Punjabi kecil inilah yang masa-masa kecilnya hidup berbaur dengan kawan-kawan seumuran dia, keluar masuk kampung Ketandan, bermain seperti layaknya anak kampung saat itu.Namun seiring berjaklannya waktu, keluarga ini pindah entah kemana, para tetangganya pun tidak banyak mengetahui dimana keluarga ini pindah dan tinggal, tapi keberadaan keluarga ini diketahui setelah booming sinetron di televisi dan mempopulerkan nama Ram Punjabi disana.Apakah beliau masih ingat dengan kawan-kawan sepermainan disini atau tidak tapi bagi temen-temennya yang pernah berkumpulmdalam kehidupan dengan Ram tentu akan mengingatnya, mengingat persaudaran dan masa kecilnya bahwa mereka pernah hidup ditengah-tengah mereka hingga akhirnya dia menjadi orang yang terbilang sukses. 

     B. Masjid AN-NUR :
Setelah kita menikmati rumah tinggal masa kecil sang maestro sinetron kita akan melanjutkan perjalan kita masuk lebih kedalam lagi ketempat yang tak jauh dari rumah Ram Punjabi yaitu MASJID AN-NUR yang terletak di Jl. Ketandan Lama Gg. I No...... Surabaya.Masjid ini menurut Bapak Achmad Munif, orang yang merupakan anak dari pendiri masjid ini, beliau mengatakab bahwa langgar ( dulunya bangunan ini berbentuk langgar, sebelum akhirnya menjadi sebuah Masjid) dibangun pada tahun 1914, seperti tahun yang tertulis di atas pintu masuk Masjid.Melihat bentuk banungan ini kita akan teringat oleh bangunan-bangunan lama dengan gaya arsitektur yang khas, dimana setiap bangunan selalu dihiasi dengan pilar-pilar yang besar yang dibangun berdasarkan trend bangunan saat itu.Selain pilar yang berdiri kokoh mengapit pintu masuk dikanan kirinya juga terdapat Jendela yang bentuknya besar dan dihiasi teralis yang terbuat dari besi dengan diameter yang cukup besar.Masjid ini seiring perkembangan dan kebutuhan makan masjid ini sudah mengalami beberapa perubahan tetapi masih bisa dilihat ke asliannya dibeberapa bagiannya. 
    C. Rumah AMANK :
Setelah kita menikmati rumah tinggal masa kecil sang maestro sinetron kita akan melanjutkan perjalan kita masuk lebih kedalam lagi ketempat yang tak jauh dari rumah Ram Punjabi yaitu MASJID AN-NUR yang terletak di Jl. Ketandan Lama Gg. I No...... Surabaya.Masjid ini menurut Bapak Achmad Munif, orang yang merupakan anak dari pendiri masjid ini, beliau mengatakab bahwa langgar ( dulunya bangunan ini berbentuk langgar, sebelum akhirnya menjadi sebuah Masjid) dibangun pada tahun 1914, seperti tahun yang tertulis di atas pintu masuk Masjid.Melihat bentuk banungan ini kita akan teringat oleh bangunan-bangunan lama dengan gaya arsitektur yang khas, dimana setiap bangunan selalu dihiasi dengan pilar-pilar yang besar yang dibangun berdasarkan trend bangunan saat itu.Selain pilar yang berdiri kokoh mengapit pintu masuk dikanan kirinya juga terdapat Jendela yang bentuknya besar dan dihiasi teralis yang terbuat dari besi dengan diameter yang cukup besar.Masjid ini seiring perkembangan dan kebutuhan makan masjid ini sudah mengalami beberapa perubahan tetapi masih bisa dilihat ke asliannya dibeberapa bagiannya. 
    C. Rumah AMANK :
Rumah dengan arsitektur dan gaya yang khas tempo dulu adalah ciri khas rumah lama yang masih ada, seperti sebuah rumah yang ada persis di sebelah utara Masjid An-Nur yang telah kita bahas tadi.Rumah ini kita sebut rumah AMANK karena salah satu ahli waris yang ada bernama AMANK, jadi kita sebut saja rumah Amank.
Bentuk rumah ini menurut kami masih bisa digolongkan rumah lama, selain memang keberadaannya yang relatif cukup lama juga bentuk dari arsitekturnya yang lain dari kebanyakan rumah yang ada dilingkungan Ketandan ini.
Rumah ini terdiri dari :
      1. Teras
      2. Ruang Tamu
      3. Kamar Tidur
      4. Dapur
      5. KM / WC
Ad. 1. Teras :
Teras rumah ini kalau dilihat bentuknya seperti mengadopsi model rumah Belanda, dimana pilar-pilar yang ada tersebut bentuknya besar juga ukuran jendelanya besar dengan demikian udara yang masuk kedalam teras cukup untuk membuat bagi penghuninya akan merasa lega jika sedang berada di teras tersebut.
Ad. 2. Ruang Tamu :
Ruang tamu yang ada ini memang tak terlalu luas, selebar 4 x 5 mtr saja, karena rumah ini juga tidak memberikan ukuran yang luas bagi kamar-kamar yang ada didalamnya, termasuk ruang tamunya.
Ad. 3. Kamar Tidur :
…..................................................................
Ad. 4. Dapur :
…...................................................................
Ad. 5. Kamar mandi / WC :
….....................................................................

D. Makam mBAH BUYUT TONDO:
Makam yang letaknya persis di tengah-tengah kampung Ketandan ini terbilang makan Kuno, hal ini selain dapat dilihat dari bentuk makam yang masih sederhana, juga adanya pohon beringin yang ada ditengah-tengah area makam yang terbilang umurnya sudah tua, juga dari cerita-cerita para sesepuh kampung yang mengatakan bahwa makam ini ada jauh sebelum kampung Ketandan menjadi seperti sekarang ini, bahkan karena umurnya yang terbilang kuno makan oleh masyarakat kampung ketandan makam tersebut dinamakan makam mBah Buyut, yang berarti Buyut dari warga masyarakat kampung Ketandan itu sendiri.
Menempati lahan kira-kira seluas 15 x 10 M2 makam mBah Buyut Tondo terkesan asri bukan hanya karena tanhnya yang masih luas tapi juga karena adanya poho beringin tua yang rindang seperti memayungi area makam ini.
Para sesepuh dan tokoh masyarakat yang ada di kampung ini tidak dapat dengan tepat keberadaan makam ini makan milik siapa.
Memang ada beberapa warga dan tokoh masyarakat yang ingin menggali lebih dalam tentang keberadaan makam ini melaui tirakat dan menemukan bahwa makam tersebut adalah makam sesorang alim ulama yang namanya adalah SYEH ABDUROCHMAN dimana beliau adalah ulama yang diserahi tugas untuk menyebarkan agama Islam di daerah Surabaya pusat dan sampai hayatnya beliau meninggal di daerah Ketandan bersama Istrinya yang juga makamnya ada disamping makam mBah Buyut Tondo.
Selain makam mBah Buyut Tondo beserta istrinya, di area ini juga terdapat makam yang menurut cerita para sesepuh warga adalah makam para penjaga atau pengikut mBah Buyut Tondo, yang letak makamnya ada di sebelah timur dari makam Utama atau persis disebelah kiri dari pintu masuk utama yang ada disebelah utara area makam ini.

E. Rumah WEHYUNG:
Rumah yang letaknya persis ada disebelah utara makam mBah Buyut Tondo ini juga termasuk salah satu rumah lawas yang ada di daerah Ketandan.
Seperti bentuk rumah-rumah lama yang ada di surabaya, rumah Wehyung ini juga mempunyai bentuk atau type rumah kuno yang ada, seperti misalnya ….........dan bentuk …......semua itu memperlihatkan bentuk kekunoan sebuah rumah.
Rumah Wehyung ini memiliki luas ….x ….m2 yang terdiri dari. Kamar tamu,.....kamar tidur, dapur dan KM/WC yang semuanya memperlihatkan bahwa rumah ini termasuk rumah kuno dari beberpa rumah yang ada di ketandan.
Rumah Wehyung ini dalam sejarahnya pernah populer dikalangan para orang asing khusunya wisatawan luar negeri, karena ternyata penghuni rumah ini dulunya adalah kolektor benda-benda seni yang pada saat itu benda-benda seperti patung, dan lain-lain sangat digemari oleh para wisatawan sehingga mereka tak segan-segan untuk berburu barang-barang seperti tersebut sampai ke pelosok kampung-kampung seperti sampai di rumah Wehyung ini.
Namun sayang kegiatan tersebut sekarang sudah tidak ada lagi karena dengan seiringnya waktu dan si pemilik rumah sendiri sudah tak lagi berminat menekuni kegiatan menjadi kolektor barang-barang seni tersebut bahkan sampai beliau pindah ke Amereika usaha ini juga tidak diteruskan oleh anak-anaknya yang salah satunya masih bertempat tinggal disini.

F. Rumah POJOK :
Masih menenmpati area yang tidak jauh dari makam mBah Buyut Tondo terdapat rumah yang terbilang unik karena bentuk arsitekturnya tidak seperti rumah pada umumnya.
Karena rumah ini memnempati tepat dipojok jalan antara Jl. Ketandan Baru Gg I dan Jl. Ketandan Lor, maka rumah ini cocok kalau disebut rumah pojok.
Rumah 2 (dua) lantai ini memiliki luas …..x......m2 …............
G. Rumah WAYANG :
Rumah ini berada di Jl. Ketandan Baru Gg. II No. sisi Selatan Jl. Ketandan Baru yang memanjang dari Selatan ke Utara.
Secara fisik rumah ini juga tidak jauh berbeda dari rumah-rumah yang ada di sekitarnya, hanya yang membedakan dari rumah yang lain adalah isi dari rumah ini.
Oleh penghuninya yang terdahulu yaitu (alm) Bpk. Suwondo rumah ini di isi oleh pernak pernik hiasan yang berhubungan dengan Wayang, baik itu hiasan wayang atau apa saja yang menyiratkan bahwa penghuninya dulu adalah penggemar / pecinta wayang khusunya wayang kulit, maka oleh tetangga dan warga sekitar rumah ini disebut dengan rumah WAYANG.
Memang jarang di jaman yang serba modern ini masih ada beberapa orang yang masih mencintai budaya nenek moyangnya, khususnya wayang kulit dan hal inilah yang dilakukan oleh almarhum Bpk. Suwondo sampai akhir hayatnya beliau masih bergelut dengan kecintaanya tersebut.
Selain itu dirumah ini konon ketika beliaunya masih hidup selalu terdengar lagu-lagu bernuansa jawa, ketika siang atau sore bahkan pagipun kita masih bisa mendengarkan lagu-lagu jawa dari rumah Wayang tersebut, sehingga kalau kita berada didalamnya maka kita akan merasakan nuansa jawa yang sangat kental.

Rabu, 24 Februari 2016

Letak dan geografis Ketandan - Surabaya

    Kampung Ketandan ini hampi-hampir oleh masyarakat awan tidak diketahui tempatnya, karena keberadaan dan posisi secara fisik kampung ini tak terlihat karena berada diantara gedung-gedung yang berjajar di sepanjang Jl. Tunjungan.
    Orang akan mengetahui bila secara cermat merunut Jl. Tunjungan sisi Barat dan kemudian dintara toko-toko yang sudah tutup itu kita akan menemukan sebuah toko yang pada lampau sangat populer yaitu toko LALWANI atau Toko ISARDAS tepat disamping toko ini kita akan menemukan jalan yang lebarnya tidak lebih dari 3 meter menjorok masuk ke Barat, dan disitulah kampung Ketandan berada.
    Dari beberapa penuturan orang-orang tua yang sempat kami temui dalam beberapa kesempatan mereka selalu menyebut bahwa kampung Ketandan itu adalah kampung lawas, memang dari keberadaan dan letaknya yang ada di tengah-tengah kota orang pasti akan sependapat bahwa kampung ini adalah kampung lawas yang lahir menyertai sejarah kota Surabaya ini.
    Kampung Ketandan ini merupakan salah satu Rukun Warga (RW) dari 11 (sebelas) RW yang ada di Kelurahan Genteng, Kecamatan Genteng, Surabaya. 
    Secara geografis letak kampung ketandan ini berada di daerah yang terkenal dengan sebutan SEGI EMPAT MAS yaitu ada diantara Jl. Tunjungan sebelah Timur, Jl. Embong Malang sebelah Selatan, Jl. Blauran sebelah Barat dan Jl. Praban sebelah Utara, dan dibagi menjadi 4 (empat ) Rukun Warga (RW) yaitu :
                               RW. I   : meliputi daerah Praban dan Blauran sisi Utara
                               RW.II   : meliputi daerah Blauran sisi Selatan
                               RW.III  : meliputi daerah Kebangsren sampai Jl. Tunjungan sebelah Selatan dan
                               RW. IV : meliputi daerah Ketandan dan Jl. Tunjungan sisi Utara.
    Kampung Ketandan sendiri dibagi menjadi 12 ( duabelas) Rukun Tetangga (RT) yang tersebar merata dibeberapa wilayah Ketandan yaitu ;
RT. I      : Meliputi Jl. Ketandan Lama Gg. II
RT. II     : Meliputi Jl. Ketandan Lama Gg I
RT. III    : Meliputi Jl. Ketandan Bong
RT. IV    : Meliputi Jl. Ketandan Bong
RT. V     : Meliputi Jl. Ketandan Kidul
RT. VI    : Meliputi Jl. Ketandan Punden
RT. VII   : Meliputi Jl. Ketandan Lor
RT. VIII : Meliputi Jl. Ketandan Tengah
RT. IX   : Meliputi Jl. Ketandan Baru Gg. I
RT. X    : Meliputi Jl. Ketandan Baru Gg. II
RT. XI   : Meliputi Jl. Ketandan Baru Gg. III
RT. XII  : Meliputi Jl. Blauran sisi Timur

Sejarah / Asal-usul Kampung Ketandan - Surabaya

    Ketandan yang merupakan salah satu daerah yang masuk dalam peta kota Surabaya tidak secara khusus disebut dalam satu atau beberapa tulisan yang selama ini ada, bahkan Kota Surabaya pun dalam beberapa catatan yang telah kami baca ataupun dari beberapa sumber yang kami ketahui, tidak ada satupun yang secara jelas menyebutkan hubungan sejarah antara Surabaya dengan Majapahit, walaupun dalam beberapa hal Surabaya dikaitkan dengan Raden Wijaya, pendiri Kerajaan Majapahitn tahun 1293.
    Pun di Surabaya tidak ditemukan sama sekali artefak, candi ataupun lainnya yang menceritakan hubungan anatara Surabaya dengan majapahit,
    Surabaya yang konon merupakan Hujung Galuh dalam cerita sejarah Majapahit, memang hanya sebagai pelabuhan tempat perhubungan antar benua dan tentunya bnetuk pelabuhannya tidak seperti sekarang ini, dahulu hanya pelabuhan perahu dan kapal layar.
    Dalam sebuah catatan Surabaya ini dibangun oleh kearifan lokal orang-orang Surabaya, dibangun tidak hanya memburu estetika tetapi ada pertimbangan spirit energi alam, keseimbangan antara kekuatan pertanahan, aktivitas dagang, dan spiritualisme jawa sehingga membuat Belanda kagum dan menjulukinya dengan Amsterdam from the east, kembaran Amsterdam dari timur, yang menggambarkan betapa kota ini dibangun dengan penataan yang matang.
    Masih dalam catatan yang sama, Surabaya merupakan kota kerajaan dimana hal tersebut dibuktikan dengan masih ditemukan beberapa nama tempat yang mendukung adanya sisa kerajaan yang berpusat di Kraton, yang kini diapi Jl. Kramatgantung dan Jl. Pahlawan denga pusatnya Alon-alon yang kini sudah menjadi kantor bank Indonesia.
    Dalam catatan inilah baru muncul nama-nama kampung yang sampai sekarang beberapa nama tersebut masih terlihat keberadaannya, seperti Kampung Temenggungan, Maspati yang merupakan tempat pemukiman para pejabat Kraton, atau sebut saja Bubutan yang dalam bahasa portugis itu berarti Butotan, pintu menuju keraton.
    Dari nama kampung-kampung yang ada tersebut barulah disini muncul nama KETANDAN yang dimasa lampau disebut KETANDANG atau Perang Tandang, disinilah barak tempat para prajurit Kraton tinggal, apakah memang demikian Ketandan yang kita ketahui ini adalah dulunya tempat para prajurit kraton tinggal dan menempati daerah ini ? Kita belum bisa membuktikannya.

    Peta Kampung Lawas Ketandan - Surabaya